MICROSKILL TAHAPAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI


Hello Guys🙋🙋, Welcome to my Blog😊😊.


Untuk pembahasan kali ini saya akan membahas mengenai "Microskill Tahapan Konseling dan Psikoterapi". Untuk menjadi konselor para konselor harus memiliki kemampuan microskill dan mengetahui tahapan dalam konseling dan psikoterapi. Hal ini diperlukan supaya dalam melakukan proses konseling dan psikoterapi dapat diterima klien dan berjalan dengan baik.

A. MICROSKILL KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Dalam melakukan konseling dan psikoterapi para konselor perlu memiliki microskill supaya dalam melakukan konseling dan psikoterapi dapat berjalan baik dan lancar. Berikut beberapa microskill dalam konseling dan psikoterapi:

Keterampilan Attending

Attending merupakan suatu sikap atau perilaku yang di tunjukkan oleh seorang konselor kepada klien yang didalamnya memberikan perhatian secara penuh dalam proses konseling. Karena, dengan perilaku attending, klien akan merasa dihargai oleh konselor dan klien percaya pada konselor sehingga, klien nyaman dalam menceritakan isi perasannya.

Keterampilan attending ini meliputi:

·         Posisi dan jarak duduk

·         Posisi badan, isyarat gerak tubuh dan ekspresi wajah

·         Kontak mata

·         Penggunaan suara yang bervolume dan kejelasan, intonasi, nada suara

·         Mendengarkan

Keterampilan Membuka Percakapan

keterampilan yang dilakukan pada awal proses konseling, yaitu saat proses konseling berlangsung konselor harus memperhatikan penggunaan bahasa, gunakanlah bahasa yang sesuai dengan taraf perkembangan intelektual dan perasaan klien.

Klien akan merasa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pembicaraan terbuka bila dimulai dengan: bagaimana, apa, dapatkah…… untuk lebih menimbulkan dorongan klien perlu disertai atending yang baik, secara verbal (ungkapan dan ucapan singkat) dan secara non verbal (kontak mata, gerak tangan, anggukan)

Keterampilan Membuat Paraphrasing

Paraphrasing adalah menangkap pesan utama yang disampaikan klien kepada konselor dalam proses konseling, dengan cara mendengarkan secara cermat dan kemudian mengulang kembali inti dari perkataan klien dengan kata – kata konselor sendiri. Dan parafrase akan berjalan dengan sendirinya mengikuti aliran pemikiranya.

Beberapa tujuan digunakannya parafrase yang akan mempengaruhi klien menurut Retno Tri Hariastuti (2007 : 41), yaitu :

·         Menyatakan pada klien bahwa konselor memahami pembicaraan.

·         Mendorong klien untuk mengungkapakan idea tau pikiran – pikirannya.

·         Membantu klien memusatkan pembicaraan pada situasi, kejadian, idea tau tingkah laku tertentu.

·         Membantu klien yang membutuhkan kesimpulan.

·         Untuk lebih menekankan isi pesan dibandingkan afeksi.

Keterampilan Mengidentifikasi Perasaan

Mengidentifikasi perasaan adalah suatu kemampuan konselor untuk mencari tahu atau menggali tentang apa yang dirasakan klien. Bagaimana perasaan klien, dan konselor membantu klien dalam menjelaskan perasaanya yang mencerminkan psikis klien.

Kesulitan utama dalam melakukan identifikasi perasaan ini menurut Sukiman (1991 : 63) ialah :

·         Suatu ekspresi perasaan yang sama, dapat mencerminkan makna yang berbeda – beda.

·         Suatu makna perasaan tertentu dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Untuk itu seorang konselor perlu banyak pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan ekspresi perasaan dapat di kenal melalui :

·         Perubahan somatis (pernyataan non verbal) seperti : muka merah keringat yang berlebihan, menangis, pandangan tak menentu, melihat satu arah, menggigit jari, selalu menunduk.

·         Pernyataan verbal (deskripsi verbal) yang dapat berupa : pemakaian kiasan.

Keterampilan Merefleksi Perasaan

Refleksi perasaan suatu alat bantu yang diberikan konselor kepada klien dengan cara memperlakukan klien dengan sepenuh hati yaitu mendengarkan, memperhatikan, empati dan lebih menekankan pada perasaan atau emosional klien agar klien mau terbuka dalam mengekspresikan perasaannya.

Beberapa tujuan refleksi perasaan yaitu :

·         Membantu klien memahami perasaanya.

·         Mendorong klien agar lebih banyak mengekspresikan perasaanya, baik positif maupun negative, tentang situasi, orang atau hal – hal khusus lainnya.

·         Membantu klien menata atau mengatur perasaan – perasaanya.

·         Memberitahukan pada klien bahwa konselor memahami perasaan klien yang tidak suka atau marah kepada konselor, sehingga perasaan tersebut berkurang.

·         Membantu klien membedakan intensitas berbagai perasaan yang ada dalam dirinya.

Keterampilan Konfrontasi

Konfrontasi merupakan suatu teknik yang berguna untuk menumbuhkan kesadaran klien dengan memberinya informasi yang mungkin terlewatkan atau tidak teridentifikasi olehnya. Meski informasi itu terkadang tidak menyenangkan bagi klien.

Kathryan Geldard & David Geldard (2011: 202) konfrontasi adalah menyadarkan klien dengan memberikan informasi yang :

·         Mungkin tidak menyenangkan bagi klien

·         Mungkin diabaikan dari perhatian klien, tetapi harus diperhatikan oleh klien, jika ingin mengoptimalkan manfaat dari konseling.

Kadang – kadang klien tidak konsisten dalam kata dan perbuatannya, atau dengan bahasa umum tidak konsisten antara aspek verbal dengan non verbal. Atau terjadi perbedaan antara ucapan pertama dengan berikutnya dalam hal yang sama. Untuk mengatasi hal ini, konselor harus menguasai teknik konfrontasi agar klien dibantu supaya kembali konsisten, mungkin diskrepansi itu disebabkan karena kelupaan, kesengajaan, atau karena faktor emosional.

Keterampilan Membuat Ringkasan (Merangkum)

Merangkum berfungsi sebagai bukti tentang pengamatan konselor terhadap klien yang di dalamnya berisi tentang poin – poin wawancara antara konselor dengan klien, yang berguna sebagai catatan untuk konselor mengenai kondisi perasaan klien.

Keterampilan meringkas pembicaraan ini banyak bergantung pada keterampilan parafrase dan refleksi perasaan. Tujuan dari meringkas adalah supaya klien merasa ada kemampuan dalam mengadakan eksplorasi tentang ide dan perasaan, dan juga menyadari adanya kemajuan dalam belajar dan memecahkan masalah. Bagi konselor meringkas berfungsi sebagai bukti yang efektif tentang ketepatan pengamatan konselor.

 

B. TAHAPAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Dalam melakukan konseling dan psikoterapi terdapat tahapan-tahapan agar konseling dan psikoterapi dapat berjalan lancar. Berikut tahapan-tahapan dalam melakukan konseling dan psikoterapi:

Tahap 1: Membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien

Pada tahap ini, hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Tujuan tahap ini adalah:

1) Memungkinkan klien mengemukakan masalahnya

Membuat klien menyatakan keseriusan bahwa ia peduli terhadap masalahnya, ia ingin mengungkapkan masalah penderitaan atau alasan kedatangannya. Beberapa klien datang dengan alasan yang jelas, tetapi sebagian klien tidak punya alasan yang jelas karena diakibatkan mereka tidak memiliki rasa yang kuat bahwa mereka sedang bermasalah. Mereka menyalahkan orang lain atau menganggap bahwa mereka korban nasib buruk belaka. Mereka jarang mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan masalahnya dengan tindakan yang serius atau bertanggung jawab.

2) Mengetahui sejauhmana klien menyadari perlunya bantuan dan menyiapkan dirinya dalam proses konseling.

b. Strategi yg dapat digunakan konselor pada tahap ini adalah

1) Menyambut dan menerima klien secara hangat

Konselor hendaknya mendengarkan pernyataan klien dan melakukan observasi terhadap tindakan-tindakan non verbal klien. Pada tahap ini, dalam konseling pancawaskita merupakan tahap pengantaran klien diajak untuk siap menerima bantuan dari konselor dan siap melaksanakan proses penyelesaian masalahnya (konseling). Praytino (1998) menjelaskan bahwa proses pengantaran ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif dan KTPS (klien tidak pernah salah)

2) Membantu klien menjelaskan inti masalah yang dialaminya

Hasil pada tahap pertama diatas akan menjadikan klien menjelaskan inti dari permasalahannya. Pada tahap ini klien menjadi tidak ragu-ragu dalam menyampaikan masalah kepada konselor dan ia benar-benar terbuka kepada konselor tentang masalah yang sebenarnya.

Tahap 2: Membina hubungan

Pada tahap ini, hal yang perlu diperhatikan adalah:

Tujuan utama dari tahap ini adalah membangun suatu hubungan yang ditandai oleh adanya kepercayaan klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Penelitian menyatakan bahwa suksesnya konseling ditentukan oleh pandangan klien tentang konselor dalam hal:

1) Keahlian

2) Kemenarikan

3) layak dipercayai

Tahap 3: Menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternatif yang ada

Tujuan utama dari tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses tersebut. klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya. Dalam tahap ini, klien dajak mendiskusikan apa saja yang hendaknya ia lakukan dalam konseling sehingga dapat mewujudkan tujuannya tersebut. Dalam tahap ini, membahas alternatif-alternatif yang dapat ditempuh dalam proses dimaksud. Klien diajak mendiskusikan prosedur yang akan digunakan untuk mencapai hasil dan bernegosiasi tentang beberapa kesepakatan kerja.

Tahap 4: Bekerja dengan masalah dan tujuan

Tujuan dan strategi konseling pada tahap ini ditentukan oleh masalah klien, pendekatan dan teori yg digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh keduanya. Seringkali pada step ini memerlukan ekspresi perasaan lebih apabila klien mengalami kebingungan atau penderitaan. Seringkali diperlukan klarifikasi lebih jauh dalam kasus apapun karena masalah yang ditimbulkan dapat berubah-ubah sejalan dengan diskusi. Beberapa kegiatan pada tahap ini seperti klarifikasi sifat dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving (penyelesaian masalah), penyelidikan perasaan klien lebih jauh, kriteria untuk memperluas penelelitian perasaan klien, dll.

Tahap 5: Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah

Konseling memungkinkan tumbuhnya kesadaran aktualisasi diri. Kesadaran ini berarti pengetahuan tentang diri sendiri melalui apa yang dilihat, didengar dan apa yang dirasakan seseorang atau mendapat pemahaman baru.

Pada step kelima ini hal yang penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini bertujuan untuk menjadikan klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.

Tahap 6: Perencanaan kegiatan atau tindakan

Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam rangka mengaktualisasikan model. Hal ini berarti memungkinkan klien untuk bebas bergerak diantara dua kutub dimensi perasaannya, dengan menggunakan kemampuan kognitifnya tanpa ada campur tangan dari pihak luar, hidup secara harmonis dengan dirinya sendiri dan berfungsi secara efektif dalam dunianya.

Pengalaman-pengalaman hidup yang teratur menjadi medium teraputik yang paling baik, sekalipun klien telah terbebas dari tekanan perasaan, memperoleh kesadaran tentang arahan-arahan baru yang potensial dan komitmen dengan tindakannya.

Tahap 7: Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling

Kriteria utama keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses konseling dan terapi adalah sejauh mana klien telah mencapai tujuan konseling. Hal yang harus dipikirkan oleh konselor atau ahli terapis adalah menilai kemajuan yang dicapai dalam proses konseling dan psikoterapi.


Sekian pembahasan dari saya mengenai Microskill Tahapan Konseling dan Psikoterapi apabila ada kesalahan mohon dimaafkan saya hanyalah manusia biasa🙏🙏.


Thank for visiting my Blog😊😊, Semoga bermanfaat bye-bye👋👋.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar